Generasi Permainan
Jadul
Banyak yang menyayangkan hadirnya
permainan berbasis online yang ada pada masa ini. Bukan game-nya
yang menajadi masalah, tapi pemainnya yang cenderung membikin terlena dan melewati
kadar batas dalam bermain (over dosis). Sebenarnya, secara garis besar, seluruh
game yang ada itu minim manfaat. Apalagi permainan bergenre War and
Fight yang terus berinovasi dan membabi buta dalam mencuci otak penggunanya,
khususnya remaja. Genre tersebut melahirkan rutinitas bernama mabar. Hal ini
semakin membuat para remaja tergiring ke tingkat candu, yang dampak darinya
amatlah besar bagi kehidupan. Akibatnya menyasar pada keengganan untuk ngobrol
saat berkumpul bersama kawan. Semua sibuk dengan game kesayangan. Sungguh sangat
jarang kita temukan momen di mana kita tertawa karena cerita teman kita. Alangkah
bijaknya jika penggunaan perangkat game online-hanya sekadar refresing otak
untuk penghapus jenuh semata.
Jika perkembangan game terus
berlangsung, maka generasi remaja sekarang akan berlarut-larut dengan gadged-nya.
Sehingga menyebabkan interaksi dengan keluarga tidak maksimal, kaku dalam
bersosial, menurunnya prestasi, serta manajemen waktu yang hancur berantakan.
Padahal masa remaja merupakan batu loncatan sebelum menuju gerbang kedewasaan. Sudah
seharusnya untuk kita persiapkan dengan matang. Oleh karena itu, banyak
kalangan yang mengharapkan hadirnya kembali permainan jadul di masa lampau,
seperti petak umpet, kelereng, layang-layang dan lompat tali. Permainan itu
akan manis dikenang daripada game online yang serba instan. Ingat! dapat
menyelesaikan tantangan di dunia maya belum tentu bisa melewati rintangan di
dunia nyata.
Akan kembali terekam bagaimana
saat kita main petak umpet, bagaimana interaksi sosial terbangun dengan nyata dan
mengalir dengan ceria. Akan kembali teringat saat kita bermain kelereng, layang-layang
atau sepak bola, bagaimana unsur-unsur sportivitas tetap terjaga. Bukan hanya
nongkrong berjam-jam dengan permainan dunia maya. So, permainan jadul perlu dibooming-kan
kembali, agar kolektivitas tetap tertanam di hati para generasi bangsa kita.