Minggu, 24 November 2019


Generasi Permainan Jadul

Banyak yang menyayangkan hadirnya permainan berbasis online yang ada pada masa ini. Bukan game-nya yang menajadi masalah, tapi pemainnya yang cenderung membikin terlena dan melewati kadar batas dalam bermain (over dosis). Sebenarnya, secara garis besar, seluruh game yang ada itu minim manfaat. Apalagi permainan bergenre War and Fight yang terus berinovasi dan membabi buta dalam mencuci otak penggunanya, khususnya remaja. Genre tersebut melahirkan rutinitas bernama mabar. Hal ini semakin membuat para remaja tergiring ke tingkat candu, yang dampak darinya amatlah besar bagi kehidupan. Akibatnya menyasar pada keengganan untuk ngobrol saat berkumpul bersama kawan. Semua sibuk dengan game kesayangan. Sungguh sangat jarang kita temukan momen di mana kita tertawa karena cerita teman kita. Alangkah bijaknya jika penggunaan perangkat game online-hanya sekadar refresing otak untuk penghapus jenuh semata.
Jika perkembangan game terus berlangsung, maka generasi remaja sekarang akan berlarut-larut dengan gadged-nya. Sehingga menyebabkan interaksi dengan keluarga tidak maksimal, kaku dalam bersosial, menurunnya prestasi, serta manajemen waktu yang hancur berantakan. Padahal masa remaja merupakan batu loncatan sebelum menuju gerbang kedewasaan. Sudah seharusnya untuk kita persiapkan dengan matang. Oleh karena itu, banyak kalangan yang mengharapkan hadirnya kembali permainan jadul di masa lampau, seperti petak umpet, kelereng, layang-layang dan lompat tali. Permainan itu akan manis dikenang daripada game online yang serba instan. Ingat! dapat menyelesaikan tantangan di dunia maya belum tentu bisa melewati rintangan di dunia nyata.
Akan kembali terekam bagaimana saat kita main petak umpet, bagaimana interaksi sosial terbangun dengan nyata dan mengalir dengan ceria. Akan kembali teringat saat kita bermain kelereng, layang-layang atau sepak bola, bagaimana unsur-unsur sportivitas tetap terjaga. Bukan hanya nongkrong berjam-jam dengan permainan dunia maya.  So, permainan jadul perlu dibooming-kan kembali, agar kolektivitas tetap tertanam di hati para generasi bangsa kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar